Tingkat kepedulian masyarakat Indonesia tergolong tinggi dibuktikan dengan adanya program yang dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Indonesia di Yordania bernama Care Petra (Care Palestinian Refugees in Ramadhan) berhasil menggalang dana sebanyak 322,405,671,00 juta rupiah dari bantuan personal masyarakat Indonesia untuk para pengungsi Palestina di Yordania.
Care Petra (Care Palestinian Refugees in Ramadhan) menjadi salah satu program unggulan langsung sebagai kegiatan kemanusiaan yang dibentuk oleh perkumpulan mahasiswa Indonesia di Yordania dibawah naungan Direktorat Pergerakan dan Pengabdian Masyarakat Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia dan berkolaborasi dengan tim kerja relawan kemanusiaan Tim Peduli, HPMI Yordania serta 65 PPI negara Timur Tengah, Afrika, Asia, Eropa hingga Amerika.
Bantuan datang dari Masyarakat Indonesia melalui beberapa lembaga seperti KAHF, waroeng Nusantara, Faliha Islamic Studio, FSDL (Forum silaturrahmi Daar El Qolam dan Latansa), Niaga TV, Keis Kitchen, dan Bunda Kitchen mencapai 41,5 juta rupiah sebagai sponshorships.
Seperti yang tertera pada namanya, program ini dilaksanakan 3 kali di bulan suci Ramadhan tepatnya pada tanggal 23 Maret 2024 yang berlokasi di kamp Jerash, 27 Maret 2024 di kamp Baq’ah, dan 30 Maret 2024 di kamp Mafraq, Yordania.
“Sebelumnya kami sudah datang ke Baq’ah untuk buka puasa bersama bersama anak-anak. Dan kami juga sudah mengunjungi kamp di Jerash, para pengungsi dikumpulkan di salah satu gedung Kamp Gaza, anak-anak dijemput oleh kendaraan yang sudah kami sediakan. Kami tidak melihat secara langsung kamp mereka, tapi kamp ini berbentuk rumah yang mereka tinggali mungkin bisa dibilang masih perlu banyak renovasi. Saya miris melihat kondisi di Mafraq pada hari ini dikarenakan masih dibaluti oleh tenda dan tanpa batu bata. Dengan bagaimana keadaan suhu di Jordan yang sangat dingin dan panas kita bisa merasakannya tanpa kita tinggal di sana. Baiknya kita sebagai umat muslim saling membantu”, ungkap Andhika selaku Direktur Pergerakan dan Pengabdian Masyarakat PPI dunia atau Direktorat PPM.
Kamp pengungsi Palestina di Mafraq belum bisa dikatakan layak untuk ditinggali karena jauh dari peradaban dan juga di tengah tanah tandus campur pasir. Kalau dari ibu kota kurang lebih memakan waktu 2 jam sekitar 85 sampai 90 kilo meter jaraknya. Kondisi para pengungsi saat ini masih tergolong sangat survive, dimana tempat tinggal yang masih belum memadai. Ada yang tinggal di bangunan setengah jadi dan ada yang tinggal di tenda-tenda. Para pengungsi masih sangat membutuhkan support dari kita masyarakat indonesia untuk membantu kebutuhan primer mereka, juga anak-anak di pengungsian yang juga belum difasilitasi sekolah yang memadai.
“Dalam kegiatan CARE Petra ini kami menggerakkan lagi kesadaran kita semua, bahwasannya isu kemanusiaan merupakan tanggung jawab kita sebagai setiap insan, dan kita diamanahkan oleh masyarakat indonesia sebagai mahasiswa untuk belajar dan memberikan manfaat bagi ummat bagi daya maupun upaya”, ujar Afiq selaku Presiden Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia (HPMI).
“Semoga masyarakat Indonesia setiap tahunnya lebih banyak menginfakkan hartanya untuk siapapun yang membutuhkan khususnya ke pengungsi Palestina, yang mana negara kita dideklarasikan pertama kali oleh Palestina ketika kita merdeka. Dulu kita pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi rakyat yang belum merdeka. Sekarang saatnya kita membantu mereka supaya semua orang punya kebebasan dalam hidup”.
“Program ini adalah program ramadhan yang diadakan pertama kali pada tahun ini. Harapannya bagi teman-teman yang nantinya akan melanjutkan estafet perjuangan, agar melanjutkan program ini, karena program ini layak dan pantas dan luar biasa bagusnya untuk kita lanjutkan untuk di tahun-tahun yang akan datang”, Timpal Andhika.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Persatuan Pelajar Indonesia atas bantuan yang sudah didistribusikan semoga Allah membalasnya dengan kebaikan-kebaikan. Tapi kami berharap bantuan seperti ini terus berdatangan demi membantu para pengungsi yang ada di pengungsian, karena jumlah mereka yang banyak serta sudah berkeluarga, namun mereka tidak memiliki pekerjaan untuk menafkahi keluarganya”, ucap Firas selaku Islamic Center Charity Society (ICCS), berbicara dalam bahasa Arab.
Beberapa dokumentasi kegiatan :